Jumat, 30 Januari 2009

Sebuah Pledoifiksi

MOTOR BEBEK KU YANG PUNYA INDERA PENCIUMAN
(Nama merek barang, merek warung, merek makanan telah disamarkan, walaupun begitu nama aslinya Anda boleh tahu)

Cerita ini mengenai keajaiban yang terjadi pada motor bebekku yang bermerek “Yamaha” (aslinya Honda) yang tiba – tiba mempunyai indera penciuman dan mempunyai perintah kepada dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu di luar kendaliku. Semua kisah ini berawal dari kebiasaanku yang sangat suka sekali jajan berbagai makanan, bahkan aku dijuluki “Penjahat Boga “ oleh teman – temanku, seandainya ada casting dari stasiun tipi A untuk membuat acara kuliner yang ingin menyaingi Bondan Maknyus, Aku yakin bisa membawakannya jauh lebih nendang dari beliau. Hampir setiap tempat jajanan di pelosok Kota Bandar Lampung ataupun di Provinsi Lampung telah aku jelajahi. Dan beberapa tempat yang paling sering aku singgahi (sesuai dengan kesukaan dan keterjangkauan biaya) adalah Warung Pempek, Warung Bakso, Warung Mie Pangsit Ayam, Warung Sate, dan Warung Nasi Uduk. Diantara beberapa warung tersebut yang sering kukunjungi diantaranya Warung Pempek 234 / Dji Sam Soe (aslinya Pempek 123), Warung Bakso Gagal Maning Son (aslinya Bakso Sony, kepunyaan Bpk Son Haji, dan dia tidak gagal, bahkan sangat sukses), Warung Pempek Si Unyil (aslinya Pempek Pak Raden), Warung Mie Pangsit Kagak La Yau ( aslinya Mi Pangsit Koga / gak pake La Yau), dan Warung Nasi Uduk Dedi Corbuzer (aslinya Nasi Uduk Dedi aja, karena dia bukan pesulap, tetapi penjual uduk), Lho…kok, ceritaku menjadi menyimpang mengenai nama – nama warung makanan (seperti anak TK saja yang menghapal nama – nama hari), seharusnya kan cerita ini mengenai keajaiban si motor bebek ku. Baiklah kita kembali ke alur cerita yang benar. Karena seringnya aku jajan, seringkali aroma –aroma makanan tersebut menghanyutkanku untuk menghampiri mereka, harumnya cuka pempek, sedapnya kuah bakso, kentalnya rasa nasi uduk, memabukannya asap bakaran sate, benar – benar make me crazy sehingga dalam kondisi berduit ataupun bokek, terkadang aku harus menyerah kepada godaan – godaan tersebut, dengan mengendari si bebek ku yang setia, aku selalu nemplok atau hinggap lah, di warung – warung tersebut. Sampai – sampai para pelayan rumah makan itu kenal dengan aku (tetapi mereka tidak menganggapku pelanggan, soalnya aku jajannya sedikit, he he).Nah sehingga pada suatu ketika -aku sedang tidak dikuasai alam bawah sadarku – mengendarai motor bebek ku, dan saat itu tak telintas di pikiranku untuk melakukan sebuah tindak kejahatan boga (jajan), di Jalan Kyai Maja (aslinya Jalan Diponegoro, bossnya Kyai Maja), dimana di sana terletak Warung Pempek Si Unyil (hayo, nama aslinya apa? Kuis ini berhadiah 1 paket umroh), tiba tiba si motor bebek ku tanpa aku kendalikan membelokkan arahnya ke warung tersebut, aku terkejut, dan berusaha mengendalikan kembali arah setangnya, namun gaya dorong yang diberikan si motor bebek ku lebih kuat dari kendaliku, sehingga menyerahlah aku untuk mampir ke warung tersebut, memang saat itu aroma cuka pempek begitu menyengat, dan terpaksa aku menuruti kehendak si motor bebek ku untuk jajan di sana. Begitu pula untuk beberapa hari ke depan kejadian tersebut berulang di Warung Pempek 234 (bahkan dorongan dari si motor bebek lebih kuat), lalu di Warung Sate Haji Muhammad Ali (aslinya aku lupa, yang pasti bukan Warung Sate Haji Mike Tyson), kemudian terulang lagi di Warung Mie Pangsit Kagak La Yau, gaya dorong untuk mampir dari si motor bebek ku benar – benar di luar kendaliku, dan semakin sering lah aku jajan menghabiskan uang di tempat – tempat tersebut. Setelah melalui perenungan dan analisa yang dalam dan merujuk kepada peribahasa kuno dari Inggris, bahwa Like The Owner, Like The Motor, (aslinya Like Father Like Son), dan menggunakan istilah dalam permainan Burung Dara, bahwa si motor bebek ku telah “sanggan” terhadap tempat – tempat tersebut, ia telah kerasukan oleh aroma menggoda dari tempat – tempat tersebut, maka kusimpulkan bahwa si motor bebek ku telah mempunyai indera penciuman terutama untuk mencium cuka pempek, kuah bakso, asap sate, nasi uduk, dan lainnya. Tapi walau bagaimanapun perubahan yang terjadi pada si motor bebek ku, aku tetap setia menggunakannya, bukan karena mencintainya, tetapi karena belum ada uang untuk tukar tambah dengan motor yang lebih bagus. Dan ketika orang – orang di sekitarku mulai mengritik, menasihati, menyesali, bahkan memarahiku akan kebiasaanku suka jajan, aku dengan enteng menjawab, “Bukan saya yang mau jajan, tetapi motornya mbelok sendiri”, dan mereka pun tak bisa berkata apa – apa. (Eka Wahyu Widodo)

3 komentar:

  1. Hehehe ... pembenaran, nih, kalo Mas Eka udah jajan, motornya dijajanin apa ? =p

    However, posting yg lucu =D

    BalasHapus
  2. ekaww berkata makasih dea, atas komentarnya, keep contact ya, jadikan aku sebagai daftar temanmu ya,,,,aduuuh formal banget gua, nantikan pledoifiksiku berikutna

    BalasHapus
  3. uwwaawwww.... kuacian motornya, jadi sasaran alasan pembenar.. hiks hiks... kuaciannn motornyaaaa

    BalasHapus